Bu Kartem Pergi Haji

Saat itu bu Kartem bermimpi. Bu Kartem bermimpi sedang pergi haji. Bu Kartem ingin sekali pergi haji. Tapi pasti ada gangguan terus. Keesokan harinya, bu Kartem menceritakan mimpinya itu kepada Novita, Anita, Dinda, Fitri dan Sinta.
“Dinda coba panggil teman terdekatmu yang baik hati. Nanti teman yang kamu cari dan kamu akan di ceritakan tentang mimpi Ibu yang menakjubkan. Mau tidak?” tanya Bu Kartem. Dinda menjawab “mau Bu mau”. “ya sudah. Sekarang panggilkan temanmu.” Jawab Bu Kartem lagi.

Akhirnya Dinda memanggil teman-teman-nya. “hai, Sinta, Fitri, Novita dan Anita kita di panggil sama Bu Kartem!” seru Dinda.
“kita di panggil sama Bu Kartem. Ada apa ya?” mereka heran. Mereka sangat kaget karena tidak biasanya Bu Kartem memanggil mereka.
 
Sesampai-nya di ruang Bu Kartem.
“ada apa ya Bu memanggil kita semua?” tanya mereka.
“tidak, Ibu hanya ingin menceritakan kepada kalian” kata Bu Kartem.
“Ibu ingin bercerita tentang apa?” tanya mereka semua.
“semalam Ibu bermimpi kalau Ibu pergi ke tanah suci. Semoga mimpi Ibu terkabul. Kalian doa-kan Ibu ya, semoga Ibu bisa pergi haji atau pergi ke tanah suci.
“ekhm… iya Bu kami akan mendoa-kan Ibu semoga Ibu bisa pergi ke tanah suci dan bawakan kami oleh-oleh ya!” seru Dinda.
“Dinda, kan Bu Kartem belum pergi haji. Gimana sih?” tanya Anita.
“ekhm… aku lupa. He… he…!” seru Dinda.
 
Akhirnya setelah mereka mendengarkan cerita tentang mimpi-nya Bu Kartem. Mereka memberi tahu kepada teman-temannya agar mendoakan Ibu Kartem supaya bisa naik haji. Tiba-tiba saat Novita belum selesai berbicara, malahan sama si Syifa dicela.
“hai, kalian semua, sini ngumpul. Ada pengumuman…?” kata-kata Novita yang telah dicela oleh Syifa.
“ihh… ada apa sih rame bangeut deh? Aku gak suka sama tempat rame kayak begini!” kata Syifa.
“ihh… Syifa jangan mengganggu gera. Udah tahu emangnya apa pengumuman-nya?” tanya Mereka.
“pasti besok ada pelajaran memasak, iya kan?” jawab Syifa.
“ekhm… bukan. Kamu mah sok tahu deh makanya dengerin dulu apa kata orang. Jangan orang lagi ngomong malahan kamu cela.” kata Dinda.
“Udah Din. Gak apa-apa kok biarin aja, biar dia gak tau apa pegumuman-nya. Jangan ngebentak orang ya, kan kasihan. Coba kalau kamu di gituin pasti kamu sedih. Nanti malahan orang itu nangis. Kasihan si Syifa. Kan dia yatim piatu. Nanti kalau kamu ngomelin Syifa lagi, nanti orangtua-nya sedih melihat anak-nya di bentak orang lain. Lebih baik yang pas waktu omongan sejak kapan gitu, kita gugurin aja. Lebih baik kita masukan si Syifa ke best friend kita aja, boleh ya? Nanti daripada Syifa makin bandel gimana hayoo? Kan kita bisa menjaga dia, menasehati dia, dan yang lain-nya. OK!” kata Novita.
“ooo… ya sudah. Aku turutin apa katamu saja.” jawab Dinda.
“bagaimana kalian setuju tidak?” tanya Novita.
“SETUJU…” kata mereka.
“oke sekarang balik lagi ke pengumuman ya. Pengumuman bahwa Ibu Kartem bermimpi kalau Ibu Kartem pergi haji. Ibu Kartem jadi ingin melakukan itu. Jadi kalian doa-kan ya semoga Ibu Kartem bisa pergi haji. Amiiinnn.” kata Novita.
“Amiiiinnn!” seru mereka.
“Syifa maafin Dinda ya? Dinda bukan-nya mau ngeledek atau ngapain kamu. Dia cuma mau ngasih tau kamu. Cuman begitu doang kok. Kamu mau tidak jadi best friend kita? Nanti kita lindungin kamu kok nanti kalau ada yang bandel selain nanti kita urusin. Itu mah masalah cetil!” seru Fitri.
 
Akhirnya mereka jadi berenam. Saat itu Anita sedang bingung, bagaimana Anita mengumpulkan uang untuk pergi haji Bu Kartem.
“eh Nov, lebih baik kita ngumpulin uang untuk Bu Kartem aja. Kaita kasih tahu ke anak lain.
“oh iya-ya, ya sudah nanti aku bilangin ke teman-teman deh!” seru Novita.
Setelah memberi tahu kepada teman-temannya kalau mengumpulkan uang untuk Bu Kartem. Mereka bermain sejenak. Setelah bermain, mereka pergi ke tempat memasak untuk belajar dan untuk di makan (makanan-nya bukan alat-alatnya.) Setelah mereka memasak mereka pergi beristirahat atau tidur di kamar masing-masing.
Keesokan harinya, Dinda pergi ke kamar teman-nya untuk membangunkan mereka. Setelah mereka bangun mereka ingin pergi ke kamar anak-anak asrama. Untuk meminta sumbangan untuk Bu Kartem.
“eh kita ke kamar anak-anak yuks, untuk meminta sumbangan!” seru Sinta.
“ayuks!” seru Fitri.
 
Setelah mereka pergi meminta sumbangan kepada anak asrama, mereka pergi ke ruang memasak kembali.
“eh, kita pergi ke ruang memasak yuks!” seru Syifa.
“ayuks. Gening kamu ngajakin kita ke ruang memasak biasanya aja Novita!” heran Dinda.
“ahh… gak pa-pa deh yang penting nanti Bu Hamida dating dan kita berikan sumbangan itu untuk Bu Kartem. Ayu ah… masa kita diam terus di lapangan. Nanti disangka kita orang gila lagi.” kata Syifa.
Sesampainya di ruang memasak.
“eh kita masak apa yang?” tanya Novita.
“lebih baik kita masak sop aja.” kata Syifa.
“oh iya-ya. Gening kamu mau masak itu. Biasanya, kalau masak sayur marah!” seru Fitri.
“biarin. Kan lagi kepengen.” kata Syifa.
 
Akhirnya mereka memasak sop. Setelah memasak sop, tiba-tiba Bu Kartem mengagetkan kita semua. dengan cara mematikan lampu.
“ceklekkk… (suara saklar)” Bu Kartem mematikan lampu.
“waduh, mati lampu nih. Gimana nih? Nanti kalau ada hantu begimana?” ketekautan Dinda dan Syifa pun mulai.
“sudah kok tenang saja. Itutadi Ibu kok yang mematikan lampu ini. Untuk menguji kalian. Apakah kalian takut dengan hantu?” tanya Bu Kartem.
“tidak kok Bu cuman yang takut itu Dinda sama Syifa. Nanti kita latih lagi biar tidak takut sama hantu deh!” seru Anita.
Setelah mereka memasak. Mereka memberikan infaq yang sudah mereka kumpulkan. Uang yang untuk pergi haji itu sudah cukup atau pas.
“Bu ini sumbangan dari kami dan anak-anak asrama. Semoga Ibu senang. Infaq ini untuk Ibu pergi haji dan yang lainnya.” kata mereka.
“terima kasih anak-anak. Nanti kalau Ibu kesana. Ibu bawakan oleh-oleh deh!” Seru Bu Kartem.
Bebereapa hari kemudian. Bu Kartem pergi ke bandara untuk pergi ke Mekah. Lalu saat di perjalanan, anak-anak sedang asyik mengobrol dengan Bu Kartem.
“Bu, kita doakan nanti di perjalanan baik-baik saja ya!” seru mereka. Ibu Kartem hanya mengangguk. Sesampainya di bandara. Bu Kartem tahu kalau jika pergi jauh dari anak-anak, pasti anak-anak akan sedih. karena Bu Kartem adalah guru yang terbaik di asrama. Tapi, saat menanyakan kepada anak-anak
“coba Ibu mau nanya, kalian jika ditinggal sama Ibu nangis tidak?” tanya Bu Kartem.
Mereka menjawab “insyaalah tidak Bu.” jawab mereka.
“ya sudah, nanti kalian doakan Ibu ya supaya Ibu bisa berangkat dengan selamat.” kata Bu Kartem.
“ya Bu nanti kita doakan Ibu.” kata mereka.
Saat di tempat pemeriksaan barang, ada informasi.
“informasi, bahwa pemberangkatan dari Indonesia ke Mekah akan segera berangkat.” kata orang yang memberitahu pengumuman.
 
Setelah itu Bu Kartem meminta doa restu untuk anak-anak supaya perjalanan Ibu Kartem ke Mekah selamat.
“doakan Ibu yah, semoga selamat sampai di tempat tujuan.” kata Bu Kartem.
Akhirnya Ibu Kartem berangkat menuju Mekah.
Sesampainya di Mekah.
“alhamdulillah, akhirnya sampai juga di Mekah.” kata Bu Kartem dalam hati.
Ibu Kartem tidak menyangka, kalau Ibu Kartem bisa melaksanakan pergi haji bersama yang lain. Bu Kartem bersama orang-orang yang ingin pergi haji pun sedang menginap di hotel yang terdekat.
 
Keesokan harinya, Bu Kartem dan yang lain-nya pergi ke tempat Masjidil Haram. Selama 2 hari Bu Kartem dan yang lain di situ hanya saat malam Bu Kartem pergi ke hotel. Lalu subuh-nya kesana lagi.
2 minggu kemudian. Anak-anak di asrama merindukan Bu Kartem.
“aduh gimana ya keadaan Bu Kartem?” Novita bertanya.
“ekhm… gak tau deh.” jawab Dinda
 
Selama itu Bu Kartem sedang membelikan oleh-oleh untuk anak-anak asrama. karena, mereka sudah membantu Bu Kartem pergi ke tanah suci. Akhirnya setelah membeli oleh-oleh untuk anak-anak di asrama. Bu Kartem pergi ke tempat air zam-zam. Ibu Kartem membawa air zam-zam untuk oleh-oleh. Pokoknya oleh-olehnya itu mainan dan makanan.
5 minggu kemudian…
 
Bu Kartem pulang ke asrama. Sesampainya di bandara yang ada di mekah. Ibu Kartem menunggu di ruang tunggu. Sesampainya pesawat yang akan menuju ke Jakarta.
Sesampainya di Jakarta. Anak-anak sudah menunggu di bandara.
“bagaimana Bu di sana? Enak tidak?” tanya Dinda.
“ya, seru kok. Ibu bawakan kalian oleh-oleh looo…!” seru Ibu Kartem
“apa aja tuh Bu oleh-olehnya?” tanya mereka.
“apa aja dong!” seru Bu Kartem.
 
Akhirnya setelah Bu Kartem memberikan oleh-oleh kepada mereka, Ibu Kartem juga memasak makanan kesukaan mereka.

0 Komentar